Kamis, 02 Mei 2013

Askep Otitis Media Akut


KASUS III
An. K berusia 10 tahun msuk di ruang perawatan THT  dengan keluhan keluar cairan putih dari telinga kanan yang disertai dengan demam dan nyeri telinga . Orang tua pasien mengatakan anaknya memiliki riwayat batuk dan pilek yang sering berulang dan dua hari terakhir tiba-tiba keluar cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal dan tidak bau . berdasarkan hasil pemeriksaan fisik , didapatkan nyeri pada pergerakan aurikula , terdapat edema dan serumen kental pada MAE serta terdapat perforasi pada membrane timpani telinga kanan , tes rinne (-) ,tes weber : lateralisasi kekanan , dan pada tes bisik , pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah . TTV : 120/80mmHg , N : 110x / menit , P : 20x/menit , S : 39ÂșC. keluarga  pasien mengatakan harus bebicara dengan nada tinggi pada klien , karena klien kadang tidak nyambung bila diajak berbicara dengan suara yang rendah .
Pertanyaan :
1.      Berdasarkan analisa anda pada kasus diatas , diagnose medis  ( penyakit )apa yang dapat di tegakkan pada kasus diatas ??
2.      Buatlah konsep medis dari penyakit yang anda temukan ( epidimiologi , etiologi patofisiologi , manifestasi klinik , prognosis , penanganan / pengobatan , pencengahan , prosedur dan tes diagnosis khusus untuk penyakit tersebut !!!
3.      Berdasarakan kasus atas , susunlah asuhan keperawatan yang terdiri dari ??
a.       Analisa data berdasarkan kasus diatas
b.      Diagnosa keperawatan
c.       Penyimpangan KDM
d.      Rencana intervensi keperawatan
e.       Implementasi dan evaluasi keperawatan
4.      Carilah jurnal keperawatan terbaru terkait dengan masalah gangguan pendengaran minimal tahun 2005, kemudian buat kritisinya sesuai dengan panduan !!!
1.      Berdasarkan kasus diatas adapun diagnosa medis yang muncul yaitu penyakit otitis media .



PEMBAHASAN
KONSEPDASAR  MEDIK   OTITIS MEDIA
v  Defenisi
            Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukoso telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi (OME).  Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva.

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran (Kapita Selekta, 2000).
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek. Yang disebut otitis media supuratif kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Otitis media kronis adalah perforasi yang perforasi yang parmanen dari membrana timpani, dengan atau tidak dengan perubahan permanen pada telinga tengah



v  Etiologi
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) dan sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani akibat trauma telinga. Kuman penyebab biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman anaerob (Djaafar, 2002).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.

v  Patofisiologi
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. (Djafar, 2000).
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi Otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk (Djafar, 2000).
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan OMA yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. (Kapita Selekta, 2002). Peradangan atau infeksi dari telinga tengah terjadi ketika tuba eustachius tersumbat (blacked). Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan antara nasofaring dan telinga tengah. Otitis media kronis terjadi karena tuba eustachius tersumbat berulang-ulang (tersumbat dalam jangka waktu yang lama). Hal ini dapat terjadi karena alergi, infeksi multiperl, trauma telinga dan pembesaran adenoid. Ketika telinga tengah terinfeksi oleh bakteri atau kadang-kadang virus, ini bisa menjadi serius. Kemungkinan otitis media kronis merupakan sebab dari OMA yang tidak diobati secara optimal atau merupakan sebab dari infeksi telinga yang terjadi secara berulang (Fung, 2004).
v  Manifestasi Klinis
Biasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap. Bisa terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara. Anak-anak yang lebih muda bisa mengalami mual, muntah, diare dan demam sampai 40,5? Celsius. Gendang telinga melami peradangan dan menonjol. Jika gendang telinga robek, akan keluar cairan yang pada awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah.

Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia anak – anak umumnya keluhan berupa
*      rasa nyeri di telinga dan demam.
*      Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.
*      Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penih.
*      Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.

v  Prognosis
Biasanya OMC berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa bulan. Biasanya kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan penderita tetapi dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan dapat berakhir dengan komplikasi yang serius
v  Pengobatan
Infeksi diobati dengan antibiotika per-oral (melalui mulut). Pilihan pertama adalah amoxicillin, tetapi untuk penderita dewasa bisa diberikan penisilin dosis tinggi. Obat flu yang mengandung phenilephrine bisa membantu membuka tuba eustakius dan jika terdapat alergi bisa diberikan antihistamin.  
Miringotomi dilakukan jika nyerinya menetap atau hebat, demam, muntah atau diare atau jika gendang telinga menonjol. Pada prosedur ini dibuat sebuah lubang pada gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dari telinga tengah. Pembuatan lubang ini tidak akan mengganggu fungsi pendengaran penderita dan nantinya akan menutup kembali dengan sendirinya
Pengobata dengan Antibiotik
*      OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.
*      Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.
*      Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan.4,6 American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan  yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:



                                    Usia
Diagnosis pasti
Diagnosis meragukan

< 6 bln
Antibiotik
Antibiotik
6 bln – 2 th
Antibiotik
Antibiotik jika gejala berat; observasi jika gejala ringan
 2 thn
Antibiotik jika gejala berat; observasi jika gejala ringan
Observasi
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang – berat atau demam 39°C. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan – dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia tetap diberikan pada masa observasi. British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk menerapkan observasi ini.10 Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan terutama pada anak tanpa gejala umum seperti demam dan muntah.
Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar anak adalah amoxicillin.

*      Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80 mg/kg berat badan/hari untuk anak dengan risiko tinggi.
*      Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bulan terakhir.
*      WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500 mg.
*      AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.6 Dosis ini terkait dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.
*      Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.
*      Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:
*      Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian dipilih adalah amoxicillin-clavulanate.6 Sumber lain menyatakan pemberian amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau kembali muncul dalam 14 hari.4
*      Jika pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan cephalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime.
*      Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin atau clarithromycin
*      Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazole-trimethoprim.
*      Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan amoxicillin.
*      Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan hasil, pilihan yang diambil adalah ceftriaxone selama tiga hari.
*      Perlu diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan pada OMA umumnya merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dengan spektrum luas. Demikian juga azythromycin atau clarythromycin. Antibiotik dengan spektrum luas, walaupun dapat membunuh lebih banyak jenis bakteri, memiliki risiko yang lebih besar. Bakteri normal di tubuh akan dapat terbunuh sehingga keseimbangan flora di tubuh terganggu. Selain itu risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik akan lebih besar. Karenanya, pilihan ini hanya digunakan pada kasus-kasus dengan indikasi jelas penggunaan antibiotik lini kedua.  
*      Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada anak berusia di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.
*      Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di Inggris, anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.
*      Tidak adanya perbedaan bermakna antara pemberian antibiotik dalam jangka waktu kurang dari tujuh hari dibandingkan dengan pemberian lebih dari tujuh hari. Dan karena itu pemberian antibiotik selama lima hari dianggap cukup pada otitis media. Pemberian antibiotik dalam waktu yang lebih lama meningkatkan risiko efek samping dan resistensi bakteri.
Analgesia/pereda nyeri
*      Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).
*      Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen.
*      Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.  
Obat lain
*      Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan manfaat bagi anak.
*      Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan.
*      Myringotomy (myringotomy: melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di belakangnya) juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi.
*      Cairan yang keluar harus dikultur.
*      Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah berulangnya OMA tidak memiliki bukti yang cukup.4

v  Pencegahan
Pengobatan yang cepat dari OMA akan mencegah berkembangnya OMA menjadi OMC. Pemeriksaan ulangan sesudah pengobatan dari telinga yang terinfeksi akan menyakinkan bahwa penderita sudah sembuh 
*      Anda dapat mengurangi risiko anak anda terkena infeksi telinga dengan beberapa langkah mudah. Jaga anak anda dari anak lain yang sakit. Jika memungkinkan batasi waktu untuk anak anda berada di kelompok bermain. Kelompok bermain yang diatur dengan hanya beberapa anak dalam satu kelompok dapat membantu pencegahan sakit telinga.
*      Lindungi anak anda dari perokok. Pastikan dirumah anda tidak ada yang merokok. Apabila jauh dari rumah, tetaplah berada di lingkungan bebas rokok.
*      Menyusui anak anda setidaknya sampai usia enam bulan. ASI mengandung antibodi yang memberikan perlindungan dari infeksi telinga.
*      Jika memberikan makanan dari botol, buat bayi anda pada posisi tegak lurus. Hindari memberikan makanan atau minuman dari botol saat bayi anda pada posisi berbaring.
*      Tanya dokter anak anda tentang pneumococcal vaccine (Prevnar). Prevnar dimaksudkan untuk pencegahan hal yang serius, infeksi yang mengancam jiwa, seperti pneumonia dan meningitis. Prevnar dapat menurunkan risiko infeksi telinga dengan baik.
*      Untuk orang dewasa, coba decongestan tanpa resep yang dijual bebas atau pengobatan alergi. Jika sinus anda mengumpul karena alergi atau pilek, bicara pada dokter anda tentang penggunaan pengobatan alergi atau decongestan tanpa resep untuk mengurangi risiko infeksi telinga di masa depan
*      pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,
*      pemberian ASI minimal selama 6 bulan,
*      penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,
*      dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
*      Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

v  Prosedur dan Tes Diagnosis

Mengingat bahaya komplikasi, OMSK maligna harus dideteksi sejak dini. Diagnosis pasti ditegakkan pada penemuan di kamar operasi. Beberapa tanda klinis sebagai pedoman adalah perforan pada marginal atau atik, abses atau fistel petroanrikuler, polip atau jaringan granulasi ditelinga tengah, sekret pembentuk nanah dan berbau khas.
Pada inspeksi telinga didapatkan mukosa telinga hiperemisi gelembung udara atau cairan di belakang membrana tympani. Membrani tympani tampak kering atau perforasi (terdapat lubang pada membran tympani) membrana tympani tampak reetraksi ke dalam.
Kultur dari sekret didapatkan bakteri, bakteri tersebut dapat merupakan penyebab dari OMA yang resisten. X-ray atau CT scan kepala didapat penyebaran dari infeksi telinga tengah.
Uji fistula perlu dilakukan pada setiap kasus supurasi telinga tengah kronik dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membrana timpani dan dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah. Untuk tujuan ini dapat digunakan otoskop pneumatik bila dapat dipastikan pemasangan yang erat. Uji ini perlu rutin dikerjakan pada pasien-pasien dengan otitis media kronik, karena fistula sering kali ada sekalipun tanpa vertigo. Akan tetapi uji fistula yang berhasil negatif, belum dapat menyingkirkan kemungkinan adanya fistula.






Asuhan Keperawatan
a. Analisa data
Data Subyektif :
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang.
Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media.
Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para perawat.






                                                      DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Taufik. 2009. Otitis Media Akut (10 September 2009)
Chandrasoma, Parakrama, Clive R.Taylor. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Dewi Asih Mahanani dkk (eds). Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal: 441-443
Djaafar, Z.A., Helmi, dan Restuti, R. 2007. Kelainan Telinga Tengah, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Eds. Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Resturi, R.D. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 64-77
Dorland, W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Huriawati Hartanto dkk (eds). Edisi 29. Jakarta: EGC, hal : 2386
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius , hal: 79-82
Paparella, Michael M., George L. Adams, Samuel C.Levine. 1997. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid, dalam BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Harjanto Effendi (Ed). Jakarta : EGC, hal: 95-99